Sebanyak 125 item atau buku ditemukan

Sosiologi Kepolisian

Relasi Kuasa Polisi dengan Organisasi Masyarakat Sipil Pasca Orde Baru

Pergumulan kepolisian sebagai otoritas pengendali keamanan publik dengan organisasi masyarakat sipil (OMS) menemukan formatnya pada dasawarsa 2000-an. Mengapa? Kedua entitas social ini—kepolisian dan OMS—pada decade ini sedang sama-sama mereguk sumber ‘oksigen’ yang menumbuhkan otot-otot kekuasaannya. Pada pra-1998, pergulatan keduanya tidak terlalu keras karena kalangan sipil mengalamatkan aneka macam persoalan, utamanya ikhwal demookrasi, langsung pada otoritas Negara, bukan kepada kepolisian. Pasca 2000-an, otot-otot kekuasaan kedua entitas social ini secara nyata bertumbuh-kembang. Yaitu, pertama, setelah militer kembali ke barak, berarti Negara menempatkan polisi sebagai pengendali keamanan publik secara total; tetapi, kedua, bersamaan dengan ini keluarnya sejumlah undang-undang yang membuka partisipasi publik terhadap jalannya roda pemerintahan, berarti secara otomatis membatasi otoritas pengendali ekamanan publik ini dalam menafsir realitas dan menggunakan kekuasaannya secara aktual. Prinsipnya, ketika otoritas pengendali keamanan publik itni tidak lagi didikte kakak kandungnya militer, ia harus mau berbagi tafsir atas realitas dan segala aturan main dengan organisasi masyarakat sipil perihal bagaimana menggunakan kekuasaaannya.

Sejarah Politik Orde Baru, terj. Aboeprijadi dari Culture, Politics And Economy In
The Political History Of The New Order, Lembaga Studi Pembangunan, Jakarta.
Sadjijono. 2008. Polri dalam Perkembangan Hukum Di Indonesia, Laksbang, ...

Sosiologi Hukum dalam Perubahan

Kita hidup di dunia yang berlari tunggang-langgang. Dunia yang tak hanya menyajikan satu, tapi beragam peristiwa. Dunia yang tak hanya mengajak, tapi juga memaksa lari bersama "kemajuan-kemajuan"nya. Jarak jadi begitu dekat dan waktu jadi begitu rampat. Dunia berubah, tak hanya dalam gerak laju yang tercerna, tapi juga yang tunggang-langgang. Cara mengamati dunia, ilmu pengetahuan, ikut berubah dan berlari. Kita tak lagi merasa pas menggunakan perbendaharaan pengetahuan dan norma yang selama ini secara deduktif kita pakai menilai (memaknai) perubahan. Diperlukan sesuatu yang baru, paling tidak tafsir baru untuk menjelaskan apa yang kita tangkap. Buku ini adalah dokumentasi beberapa karya yang melihat masyarakat, individu dan hukum dengan berbagai sudut pandang. Karya-karya ini secara kritis tidak hanya menggunakan objek formal dari satu disiplin saja, tapi juga berbagai disiplin. Mereka menggugat sosiologi Hukum yang biasa diajarkan di bangku kelas Fakultas Hukum. Gugatan ini tak hanya menyangkut objek materiel amatannya, yaitu masyarakat, individu dan hukum dalam dunia yang tunggang-langgang, tapi juga perspektif yang digunakannya. Selama ini Sosiologi Hukum kadang terlihat positivistik, ingin mengikuti tren rigoritas metodologi ilmu hukum yang positivistik. Sosiologi Hukum jadi sedemikian bangga pada metodologinya sendiri, sehingga kerap tak mau melihat Antropologi Hukum, atau yang lainnya, dalam rentangan disiplin yang sama, yaitu kajian sosio-legal. Sosiologi Hukum yang digunakan untuk memandang hukum dan masyarakat Indonesia dalam buku ini bukanlah Sosiologi Hukum yang statis dan tidak menanggapi kondisi aktual masyarakatnya. Buku ini menawarkan berbagai cara memandang masyarakat, hukum dan individu dalam diskursus Sosiologi Hukum Indonesia. Dengan membaca buku dan juga ikut berefleksi bersama dengan para penulisnya, kita diharapkan dapat memahami fenomena keberadaan hukum di masyarakat kita saat ini secara lebih luas dan mendalam. Buku ini bermanfaat bagi para pembelajar hukum, pemerhati masalah hukum, masyarakat dan kebudayaan, para praktisi hukum dan penegak hukum agar makin mengerti cara kerja hukum di masyarakat dan atas individu, serta bagaimana keduanya saling pengaruh.

Ia memberi perhatian pada isu teoretik dan praktik dalam bidang “gender dan
hukum”, dan “hukum dan kemasyarakatan”. Sejumlah penelitian dan publikasi
bukunya adalah dalam bidang-bidang tersebut, dan sejumlah tulisan ...

ASEAN di Persimpangan Sejarah

Politik Global, Demokrasi, & Integrasi Ekonomi

Role of ASEAN in international politics, democracy, and economic integration.

Beberapa organisasi yang dibentuk sebelum ASEAN adalah South East Asia
Treaty Organization (SEATO), Association ... SEATO dibentuk pada tahun 1954
di Manila dengan tujuan untuk membendung pengaruh komunis di Asia
Tenggara.

Metode karakterisasi telaah fiksi

Ketika seorang pembaca, peneliti atau me-hasiswa fakultas sastra berminat mela-kukan telaah tema dari novel, drama, ceri-tera pendek atau puisi, dapat dipastikan ia harus melakukan telaah karakter atau perwatakan terlebih dahulu. Metode perwatakan (metode karakterisasi) yang dikenal selama ini adalah metode analitik dan dramatik. Selain itu terdapat pakar lain yang melakukan analisis melalui metode telling atau metode showing. Di dalam buku ini disampaikan-selain metode telling danshowing-metode karakterisasi lainnya, yaitu melalui telaah gaya bahasa, teknik sudut pandang (point of view), dan teknik arus kesadaran (stream of consciousness). Sesungguhnya telaah perwatakan yang menggunakan metode telling danshowing dapat mengandung ungkapan dalam bentuk gaya bahasa. Telaah gaya bahasa yang dibahasa di dalam buku ini mencakup simile, metafor, personifikasi dan simbol. Buku ini memberikan panduan dan penjelasan secara rinci beserta contoh-contoh lengkap bagi pembaca yang berminat memahami semua teknik di atas, sehingga memudahkan mereka melakukan telaah perwatakan sesuai dengan metode yang dipilih. Maisng-masing teknik diperjelas dengan contoh-contoh berupa kutipan dari karya sastra bermutu dan disampaikan secara beragam sesuai dengan watak para tokoh yang dianalisis.

Ketika seorang pembaca, peneliti atau me-hasiswa fakultas sastra berminat mela-kukan telaah tema dari novel, drama, ceri-tera pendek atau puisi, dapat dipastikan ia harus melakukan telaah karakter atau perwatakan terlebih dahulu.

Metode Peneltian Hukum

Konstelasi dan Refleksi

Konstelasi dan refleksi adalah dua kata kunci dalam memahami setiap medan telaah. Konstelasi berfungsi mendudukkan persoalan sehingga keluasan latarnya menjadi terpaparkan. Sementara itu, refleksi memuat kontemplasi bahkan sampai pada nilai-nilai tertentu, untuk kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk-bentuk pemikiran yang lebih bernas dan mumpuni guna menjawab problema-problema kontekstual. Metode penelitian hukum adalah salah satu dari banyak medan telaah yang perlu dikonstelasi dan direfleksikan, mengingat dinamika yang melanda disiplin hukum pasca-abad ke-19. Arus utama (mainstream) positivisme hukum selama ini telah menempatkan penelitian hukum dalam posisi yang serba-kikuk dan monolitik tatkala harus berhadapan dengan dinamika tersebut. Sementara itu, tuntutan konstektualitas penelitian hukum justru makin menggebu dan terus menggugat kapabilitas ilmu hukum (dalam arti luas) untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan masyarakat, khususnya dalam konteks keindonesiaan. Dua belas bab dari buku ini tidak saja menawarkan panorama hasil pemetaan ragam pemikiran hukum dengan segala konsekuensi metodologisnya, melainkan juga merefleksikan hasil konstelasi itu dalam tawaran pendekatan yang relatif baru, yaitu penelitian sosiolegal. Kesalahpahaman atas penelitian sosiolegal, yang lazim menghinggapi para penstudi hukum "konvensional", coba untuk diluruskan dalam paruh kedua buku ini. Tulisan-tulisan dalam bagian ini mampu mendeskripsikan dengan sangat kaya tentang sepak terjang metode penelitian sosiolegal dalam melahirkan varian-varian pendekatan baru, yang secara metodologis merupakan buah kolaborasi antara metode penelitian hukum konvensional dan metode penelitian hukum berperspektif kemasyarakatan.

Konstelasi dan refleksi adalah dua kata kunci dalam memahami setiap medan telaah. Konstelasi berfungsi mendudukkan persoalan sehingga keluasan latarnya menjadi terpaparkan.

Menulis untuk Dibaca

Feature & Kolom

Kemampuan menulis bukanlah bakat, melainkan keterampilan. Selain itu, juga tidak tepat jika dihubungkan dengan alasan faktor keturunan. Siapa saja dapat menjadi penulis. Syaratnya hanya satu, mulailah menulis! Itulah keunggulan para penulis yang terkenal dewasa ini. Mereka tidak akan dapat menulis jika dulu mereka tidak pernah memulainya. Ada proses yang harus dilalui. Sama halnya ketika bayi harus belajar merangkak terlebih dulu untuk dapat berjalan. Banyak orang menjadi terkenal─juga menjadi menteri─karena menulis. Seorang penulis tidak hanya penyampai aspirasi masyarakat, tetapi juga pemberi haluan bagi yang meyakini jalan pikirannya. Penulis─menurut banyak pakar─adalah pencari kebenaran setiap waktu melalui tulisan-tulisannya dan karena itu pulalah seorang penulis akan mempertahankan misinya sampai kapanpun. Jangan lupa, seorang penulis juga dapat menjadi kaya selain kaya ilmu. Buku Menulis untuk Dibaca ini memandu Anda untuk menjadi penulis feature dan kolom, yang membuka mata Anda bahwa menulis itu tidak sesulit yang dibayangkan. Kekayaan imajinasi membantu para pemula, wartawan, atau kaum profesional untuk menggarap alam terkembang ini menjadi lahan penulisan. Kehidupan ini adalah sumber penulisan. Setiap hari Anda berdekatan dengan objek tulisan, Anda hanya perlu membuka mata, telinga, rasa, dan pikiran untuk menjadikannya sebagai tulisan yang baru dan menarik.

... memberikan informasi dan tulisan dengan analisis, opini yang mengarah
kepada wacana, opini atau perbincangan ... Istilah yang dikenal dikalangan
wartawan untuk katagori pertama, seperti: berita (news), feature, indepth report,
laporan investigasi, dan sebagainya; sedangkan yang kedua seperti: Tajuk
rencana, kolom, esai, surat pembaca. ... atau kelanjutan dari peristiwa melalui
media massa.

Komunikasi dan Komodifikasi

Mengkaji Media dan Budaya dalam Dinamika Globalisasi

Bagaimana dinamika masyarakat Indonesia mutakir bisa dipahami? Inilah salah satu karya terobosan penting dalam kajian media dan budaya Indonesia yang sedang berkembang pada milenium baru. Membaca buku ini, kita diajak untuk memahami tarik-tolak dan saling-pengaruh antara unsur-unsur kekuatan lokal dan tekanan global yang ikut bermain dan membentuk praktik budaya, gaya hidup, dan kesadaran kita khususnya generasi muda di tengah arus deras komodifikasi budaya dan media yang menjadi bagian penting dari denyut dan irama kehidupan kita sehari-hari "Komunikasi dan Komodifikasi, sebuah buku baru yang penting karya Idi Subandy Ibrahim dan Bachruddin Ali Akhmad, menggali ketidaksetaraan menyeluruh dari sistem global, suatu sistem yang di dalamnya bangsa-bangsa pasca-kolonial seperti Indonesia merupakan sasaran eksploitasu ekonomi dan pesan-pesan hegemonik mengenai gender dan masyarakat dari para konglomerat internasional dan bangsa-bangsa asing yang kuat. Mereka mengungkap mekanisme yang mengancam mengenai propoganda media dan ekspansi kepitalis global (bersama dengan agensi terbatas dari konsumen dan kemungkinan bentu-bentuk media alternatif). Lantas apakah lebih baik bagi Indonesia untuk sekedar memilih keluar dari sistem yang menindas ini atau berjuang keras untuk berdikari?" Jeremy Wallach,Ph.D., Associate Professor, School of Cultural and Critical Studies, Bowling Green State University, Ohio, USA. Editor buku (bersama Harris M. Berger & Paul D. Greene) Metal Rules the Globe: Heavy Metal Music Around the World (2011).

Membaca buku ini, kita diajak untuk memahami tarik-tolak dan saling-pengaruh antara unsur-unsur kekuatan lokal dan tekanan global yang ikut bermain dan membentuk praktik budaya, gaya hidup, dan kesadaran kita khususnya generasi muda di ...

Sejarah dan Teori Sosial

Teori sosial telah mengalami banyak perkembangan dalam beberapa dekade terakhir ini. Beberapa sosiolog dan antropolog, seperti para sejarawan, telah membuat “cultural turn”. Dengan demikian, kebudayaan menjadi lebih difokuskan. Bakhtin dan Gombrich, misalnya, mendiskusikannya secara lebih panjang, demikian pula Thomas Kuhn. Di sisi lain, berkembangnya “teori pilihan rasional” (rational choice theory) membawa kami untuk menambahkan seksi baru, yaitu tentang “problem” pada pembahasan konflik di antara sejarawan yang menekankan rasionalitas dengan pihak yang lebih mengutamakan relativisme kultural. Kepustakaan buku edisi baru ini juga telah diperbarui dengan menambahkan sejumlah artikel dan buku yang lebih mutakhir. Seksi baru pun ditambahkan, tentang modal sosial dan pascakolonialisme, yang sangat ramai dibahas dalam buku dan artikel era sekarang. Juga contoh-contoh baru kami tambahkan. Bahkan, untuk menampung banyaknya penambahan itu, kami sengaja membuat halaman baru. Sementara itu, bagian-bagian yang sudah tidak relevan, ketinggalan zaman, kami hilangkan, sebagaimana nyata dalam bibliografi dan teks-teks contoh yang dihilangkan.

Strategi alternatifnya adalah dengan melandaskan analisis sosial pada jawaban
kuesioner, dan memadukan kuesioner dengan mewawancarai responden-
responden terpilih. Ketika itu, penelitian survei menjadi tulang punggung
sosiologi Amerika. Sosiolog mengumpulkan data sendiri dan menganggap masa
lalu “sangat tidak relevan digunakan untuk memahami mengapa orang
melakukan halhal yang mereka kerjakan”(Hawthorn 1976:209). Beberapa
penjelasan tentang ...

Sosiologi Peradilan Pidana

Sistem peradilan pidana dapat dipahami sebagai lembaga kontrol sosial, yang berbeda dari lembaga kontrol sosial lainnya dalam dua cara penting: fokus hanya pada perilaku yang didefinisikan sebagai kejahatan serta sebagai basis pertahanan terakhir masyarakat terhadap orang-orang yang menolak untuk mematuhi nilai-nilai sosial yang diminan. Masyarakat beralih ke peradilan pidana ketika semua bentuk kontrol sosial yang ada di masyarakat tersebut gagal. Sistem Peradilan Pidana merupakan kontrol sosial formal karena dilakukan oleh agen resmi. Ada beberapa aspek untuk memahami sistem peradilan pidana, antara lain bahwa sistem peradilan pdaian adalah: (1) sebuah sistem normatif dalam bentuk aturan-aturan legal yang mengekspresikan nilai-nilai sosial melalui pelarangan yang didukung oleh sanksi pidana atas perilaku (conduct) yang dilihat secara serius salah atau berbahaya; (2) sebuah sistem administratif, di dalamnya secara komprehensif terdiri atas aparat resmi penegak hukum, otoritas penuntutan, pengadilan, serta fasilitas penghukuman dan koreksional; serta (3) sebuah sistem sosial, dimana defenisi dan tanggapan atas perilaku kejahatan melibatkan seluruh elemen dalam masyarakat - tidak hanya yang diundangkan dalam hukum pidana tetapi juga bagaimana masyarakat menginterpretasikan kenyataan terjadinya perilaku tersebut pada setiap tingkatan. Buku ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dan bahasan tentang hal-hal yang terkait dengan berbagai masalah sosiologis dari keseluruhan proses yang terjadi dalam Sistem Peradilan Pidana. Substansi dari buku ini memberikan berbagai penjelasan tentang peradilan sebagai bentuk reaksi sosial terhadap kejahatan dan pelaku kejahatan; pengertian peradilan pidana secara sistemik dan etika peradilan pidana, model-model peradilan pidana dan pembenaran pemberian pidana; komponen dan kerangka kelembagaan peradilan; proses peradilan pidana serta hal-hal yang terkait dengan tahap peradilan pidana; alternatif penghukuman serta pemikiran awal tentang tantangan masa depan bagi Sistem Peradilan Pidana.

Jika masyarakat sangat menghendaki anak diteruskan ke pengadilan, maka
polisi akan sulit untuk melepaskannya kembali ke masyarakat dan
meneruskannya ke pengadilan; (3) kondisi individu pelaku sendiri menjadi
pertimbangan diskresi ...

Implementasi Model Evaluasi Formatif Program Pembangunan Sosial (EFPPS)

Partisipasi Multipihak dalam Evaluasi Program

Pendekatan partisipatif dalam pembangunan sosial telah lama dikenal dan digunakan setelah pendekatan dari atas (top-down) yang dinilai tidak mampu mengembangkan masyarakat untuk berkembang mandiri dan memenuhi kualitas hidup yang diharapkan. Pendekatan bottom upselanjutnya juga mendorong berkembangnya partisipasi dan kerja sama multipihak dalam melaksanakan program pembangunan sosial. Bagaimana sebuah program yang dirancang partisipatif dan kerja sama multipihak juga dievaluasi secara partisipatif? Evaluasi program di tingkat komunitas penting dipahami dari aspek sosiologis, karena pendekatan pembangunan yang bertumpu pada komunitas (community based development) adalah kunci keberhasilan program pembangunan sosial. Model EFPPS (Evaluasi Formatif Program Pembangunan Sosial) dikembangkan untuk mengevaluasi sebuah program yang sedang berjalan dan bertujuan untuk memberi masukan bagi implementasi program pada tahap selanjutnya. Buku ini memberi pengetahuan bagi para peneliti maupun berbagai pihak implementator program untuk melakukan evaluasi secara partisipatif dan aplikatif, sehingga tujuan program pembangunan sosial untuk mencapai keberlanjutan dapat tercapai secara maksimal. Kelebihan dari buku ini adalah bagaimana evaluasi dilakukan dengan mengolah berbagai informasi dari berbagai sudut pandang para pemangku kepentingan yang terlibat di dalam program, baik pihak pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, maupun swasta (korporasi), bahkan oleh warga komunitas yang menjadi sasaran dari program itu sendiri. Masukan yang diperoleh dari berbagai pihak dalam evaluasi partisipatif seperti ini diharapkan dapat lebih meningkatkan dukungan bagi keberlanjutan program, dan pada akhirnya meningkatkan kebermanfaatan program yang dikembangkan

Bagian ketiga uraian tentang pembelajaran dari aplikasi model EFPPS serta
perbaikan model ini. BAB 2 MODEL EVALUASI FORMATIF PROGRAM
PEMBANGUNAN SOSIAL (EFPPS) Bab. 2Fox, Martin & Green (2007). 12 Sulastri
Sardjo ...