Antropologi adalah salah satu cabang dalam ilmu sosial yang membahas budaya masyarakat suatu etnis. Antropologi budaya merupakan kajian yang mempelajari kebudayaan ke-seluruhan seperti akulturasi, perubahan budaya serta difusi kebudayaan. Konsep kunci didalam pengertian antropologi sosial merupakan struktur sosial serta bukanlah kebudayaan. Antropologi budaya lebih berfokus kepada pencarian sejarah yang didasari unsur-unsur kebudayaan. Sedangkan pengertian antropologi sosial lebih berfokus kepada pencarian hukum serta megeneralisasi lembaga-lembaga sosial. Buku ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman tentang antropologi sosial dan budaya menyangkut ruang lingkup dan perkembangan antropologi, pengertian dan konsep etnografi sampai dengan teori religi dalam kehidupan masyarakat. Buku ini juga dapat dijadikan bahan referensi bagi pembaca terkait dengan teori evolusi dan perkembangan, teori fungsionalisme dan struktur-alisme, etnografi, kebudayaan, kehidupan kolektif, perubahan budaya serta religi sebagai identitas budaya.
Buku ini terdiri dari 11 pokok bahasan, berisi tentang: (1) Review Paradigma Ilmu Sosial Budaya Sebuah Pandangan (Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra, M.A., M.Phil); (2) Review Sejarah Teori Antropologi I (Koetjaraningrat); (3) Review Sejarah Teori Antropologi II (Koetjaraningrat); (4) Review Antropologi Koentjaraningrat Sebuah Tafsir Epistemologi (Heddy Shri Ahimsa-Putra); (5) Review Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya Jilid I (J. van Baal); (6) Review Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya Jilid II (J. van Baal); (7) Review Teori Budaya (David Kaplan dan Robert A. Manners); (8) Review Etnosains dan Etnometodologi: Sebuah Perbandingan (Heddy Shri Ahimsa-Putra); (9) Review Manusia dan Kebudayaan: Sebuah Esei Tentang Manusia (Ernst Cassirer); (10) Review Fenomenologi dan Hermeneutik: Sebuah Perbandingan Epistemologi (Heddy Shri Ahimsa-Putra); dan (11) Paradigma Hermeneutik dalam Antropologi: Suatu Penafsiran terhadap Karya Sastra Ende Siboru Tombaga (Ratih Baiduri).
Antropologi adalah disiplin ilmu yang mempelajari masyarakat dan kebudayaan secara holistik dalam ruang dan waktu. Di dalam ilmu antropologi telah berkembang bermacam-macam bidang kajian (spesialisasi) yang dapat dikategorikan berdasarkan tema, wilayah dan tema. Berdasarkan tema kajian di antaranya antropologi ekologi, antropologi ekonomi, antropologi hukum, antropologi politik, antropologi psikologi, antropologi gender, dan antropologi perkotaan. Berdasarkan wilayah kajian di antaranya kajian Asia Tenggara, Amerika Latin, dan kajian Afrika. Sedangkan berdasarkan wilayah dan tema kajian di antaranya antropologi psikologi bangsa Jepang, antropologi ekonomi bangsa Afrika, antropologi agama etnik Jawa, dan antropologi sistem kekerabatan etnik Samoa. Salah satu dari sekian banyak bidang kajian yang sejajar dengan bidang kajian tematik lainnya dalam ilmu antropologi adalah antropologi perdesaan. Buku Antropologi Perdesaan dan Pembangunan Berkelanjutan ini diterbitkan oleh penerbit deepublish dan tersedia juga versi cetaknya.
Hukum lahir dari dan untuk masyarakat. Dengan demikian kehadiran hukum adalah demi ketertiban masyarakat. Namun banyak orang mengartikan hukum secara sempit, karena hanya meletakkan esensi hukum pada aspek kodifikasinya. Agar memahami hukum dengan baik, maka dimensi antropologisnya perlu diketahui. Penulis buku Hukum dalam Kajian Antropologi ini mencoba mengingatkan pembaca akan pentingnya hal itu. Buku ini membicarakan secara luas dan mendalam tentang bagaimana peran hukum dalam masyarakat, proses munculnya, serta nilai-nilai mendasar yang dijaminnya. Para mahasiswa dan dosen FH serta para penegak hukum sangat tepat membaca buku ini.
Agar memahami hukum dengan baik, maka dimensi antropologisnya perlu diketahui. Penulis buku Hukum dalam Kajian Antropologi ini mencoba mengingatkan pembaca akan pentingnya hal itu.
Kebudayaan berhubungan dengan kebudayaan manusia itusendiri. Segi – segi tersebut masing – masing menjadi obyek khususyang dipelajari atau diselidiki oleh ilmu tertentu. Sedangkanmanusia dengan segala seginya tersebut merupakan obyek umumyang dipelajari atau diselidiki berbagai ilmu. Jadi yangmembedakan antropologi budaya dari ilmu lain yang jugamempelajari masalah manusia, ialah obyek khusus yang diselidikinya. Antropologi budaya yang obyek khusus penyelidikannya ialah kebudayaan juga perlu mengetahui anak – anak cabang ilmunya. Bahkan antropologi budaya dengna anak – anak cabang ilmunya itu juga harus berhubungan dengan ilmu ilmu lain seperti sosiologi,sejarah, ilmu hukum , geografi,ekologi dan sebagainya.
Suatu percakapan tidak selalu dimulai dari titik awal, yaitu pengenalan konsep dasar per definisi, tetapi bisa mulai dari posisi mana saja, tergantung pihak yang bertanya atau yang mendiskusikan suatu hal. Mungkin ini kekurangan karena orang yang akan membaca diharapkan memahami definisi dasar suatu konsep dari sumber-sumber Suatu Percakapan (Imajiner) Mengenai Dasar Paradigma lain. Sisi lain dari sebuah percakapan imajinerÑdengan diri sendiriÑ adalah tidak membawa-bawa orang lain untuk setuju atau tidak setuju. Yang penulis ingin kemukakan adalah bahwa dalam proses belajar teori kita harus memosisikan pikiran kita dalam cakrawala luas teori yang ada, menyadari dengan baik state of the art, dan memberikan apresiasi tinggi kepada semua teori, yang sudah ditinggalkan orang (karena politik ilmu pengetahuan) maupun yang masih laris manis karena promosi yang tepat dan sesuai dengan kondisinya. *** Persembahan penerbit Kencana (PrenadaMedia)
Suatu percakapan tidak selalu dimulai dari titik awal, yaitu pengenalan konsep dasar per definisi, tetapi bisa mulai dari posisi mana saja, tergantung pihak yang bertanya atau yang mendiskusikan suatu hal.
Literatur-literatur sejarah menuliskan bahwa sebelum 1800 suku-suku bangsa penduduk Afrika, Asia dan Amerika mulai didatangi oleh orang-orang Eropa Barat. Kedatangan nya berlangsung sejak akhir abad ke-15 dan permulaan abad ke-16. lambat laun, dalam suatu proses yang berlangsung kira-kira empat abad lamanya, berbagai daerah dimuka bumi mulai terpengaruh oleh negara-negara Eropa barat. Bersama dengan perkembangan itu, terkumpul suatu himpunan besar buku kisah perjalanan. laporan, dan karya tulis lainnya, buah tangan para musafir, pelaut, pendeta penyiar agama Nasrani. penerjemah kitab Injil. dan pegawai pemerintah jajahan.
"Kebudayaan bukanlah sesuatu yang statis, melainkan bisa mengalami perubahan secara lambat tetapi pasti atau yang dikonsepsikan sebagai peru-bahan evolusioner. Perubahan kebudayaan tersebut terkait dengan proses masuknya berbagai macam kebudayaan dari tempat, suku, dan ras lain atau juga karena proses sosial yang terus berubah. Dengan demikian, buku ini mengajak kita untuk merefleksikan kembali tata nilai kebudayaan yang sekian waktu lupa dari perhataian kita. dalam buku ini, kita diperkenalkan teori sekaligus aplikasinya pada ranah sosial untuk dianalisis sebagai jembatan kekosongan ruang makna kebudayaan. "
"Kebudayaan bukanlah sesuatu yang statis, melainkan bisa mengalami perubahan secara lambat tetapi pasti atau yang dikonsepsikan sebagai peru-bahan evolusioner.
Dalam buku ini menjelaskan tentang asal usul daerah Simalungun, sejarah Desa Purbasaribu, struktur sosial masyarakat Simalungun dan sistem pelapisan sosial di dalam masyarakat Simalungun pada masanya. Selain itu di dalam buku ini menjelaskan kisah dan legenda Habonaron Do Bona di dalam masyarakat Simalungun selain itu Habonaron Do Bona di dalam masyarakat dijadikan sebagai falsafah hidup dan penerapan Habonaron Do Bona dianggap sebagai nilai budaya masyarakat Simalungun serta menceritakan raja-raja Habonaron Do Bona. Antropologi Budaya Pendekatan Habonaron Do Bona Sebagai Falsafah Hidup Masyarakat Simalungun ini diterbitkan oleh Penerbit Deepublish dan tersedia juga dalam versi cetak
Antropologi Budaya Pendekatan Habonaron Do Bona Sebagai Falsafah Hidup Masyarakat Simalungun ini diterbitkan oleh Penerbit Deepublish dan tersedia juga dalam versi cetak