Islam and the Indonesians in Australia.
Belum ada satu kajian pun yang cukup komprehensif, baik dalam bentuk tesis
doktor atau buku yang membahas orang Jawa di Australia. Beberapa penulis
seperti Taunton (1903), Crowley (1966), Bolton (1970), Crowley dan deGaris (
1971), dan Manderson (1988), hanya mengupas sambil lalu atau sepintas
keberadaan mereka. Sebelum abad ke 1 9 berakhir sejumlah orang Indonesia - -
di samping orang-orang Asia lainnya dan orang-orang dari kepulauan Pasifik-
telah bekerja ...
Kemenangan Hamas pada pemilu legeslatif pada tahun 2006 sangat mengagetkan banyak pihak, terutama amerika serikat dan israel. pemilu legeslatif pada tahun 2006 merupakan pemilu pertama yang diikuti oleh Hamas setelah pemilu sebelumnya Hamas menolak untuk berpartisipasi karena pemilu palestina merupakan produk dari kesepakatan oslo (1993). Amerika serikat dan israel seperti kebakaran jenggot menghadapi kemenangan Hamas. Pasalnya, sudah sejak lama Amerika serikat memasukan Hamas ke dalam kelompok organisasi teroris, reaksi senada juga di tunjukan oleh israel. Bahkan setelah Hamas memenangi pemilu, perdana mentri israel ehud Olmert menyatakan keengganannya untuk bekerjasama dengan pemerintahan Hamas. Situasi semakin sulit ketika Fatah, rival politik utama Hamas, menolak bergabung dengan kepemerintahan Hamas. Berawal dari semua itu semakin timbulah konflik, termasuk konfrontasi militer secara langsung dengan israel yang saat ini teradi di jalur Gaza. Buku ini menyajikan seluk beluk hamas dengan adil dan berimbang. [Mizan, Pustaka, Referensi, Politik]
Karena itu, kehadiran buku ini diharapkan dapat memberikan suatu kajian yang
lebih komprehensif terhadap kiprah politik Hamas. Dengan adanya kajian
semacam itu, masyarakat Indonesia, khususnya para peminat studi Timur
Tengah, diharapkan akan dapat lebih mengenal dan mengetahui seluk-beluk
Hamas secara lebih adil dan berimbang. Tulisan di dalam buku ini akan dibagi
menjadi beberapa bagian yang memungkinkan khalayak pembaca memperoleh
perspektif yang ...
| 2018-35939-0001 |
Tersedia di Pustaka Kubang Putih - UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi
|
A murder at an English country estate is strangely related to a cipher message sent by an associate of Professor Moriarty
I have no doubt that what she heard was the report of the gun, and that this was
the real instant of the murder. If this is so, we have now to determine what Mr
Barker and Mrs Douglas, presuming that they are not the actual murderers, could
have been doing from a quarter to eleven, when the sound of the gun-shot
brought them down, until a quarter past eleven, when they rang the bell and
summoned the servants. What were they doing, and why did they not instantly
give the alarm?
Le Prophète est aujourd'hui considéré comme un livre-culte dans le monde entier. Disponibles dans plus de quarante langues et dans plusieurs traductions en français, des millions d'exemplaires en ont été vendus depuis sa première édition, en 1923. Rarement livre de spiritualité a autant voulu dépasser, dans un langage clair et accessible à tous, les oppositions religieuses pour chanter les valeurs universelles qui, depuis la nuit des temps, consacrent la grandeur de l'humanité. Aujourd'hui, tandis qu'éclate la haine au milieu des pires fanatismes, c'est une rayonnante voie de fraternité que creuse Le Prophète. Mais qui était son auteur ? Un homme étonnant. Né en 1883 à Bécharré dans le nord du Liban, terre traditionnelle de brassage religieux, il grandit au cœur de la tolérance avant d'émigrer, très jeune, aux Etats-Unis pour fuir la misère. A la fois peintre et poète, il séjourna deux ans à Paris, vécut à Boston et à New York, et attira un grand nombre de lettrés et d'admiratrices. Libanais comme lui, Alexandre Najjar nous raconte le destin extraordinaire de ce visionnaire révolté qui émancipa la littérature arabe et mania avec talent la langue anglaise, un être marqué par les tragédies familiales mais toujours prêt à défendre ses convictions par amour de la vie. Il nous a légué un message de paix et d'espoir.
Libanais comme lui, Alexandre Najjar nous raconte le destin extraordinaire de ce visionnaire révolté qui émancipa la littérature arabe et mania avec talent la langue anglaise, un être marqué par les tragédies familiales mais toujours ...
Sociohistorical meaning of Dutch gravestones in Batavia and Banten during Dutch colonial in Indonesia.
Benteng itu bernama benteng Speelwijk, yang dibangun pada tahun 1685, tiga
tahun setelah perang suksesi antara Sultan Ageng Tirtayasa dan puteranya,
Sultan Haji (1680-1682). Nama Speelwijk diberikan oleh Kompeni untuk
mengenang jasa-jasa Gubernur Jenderal Cornelis Speelman yang sangat
berperan dalam mengakhiri konflik antara Banten dan Kompeni di Batavia yang
telah berlangsung lebih dari 80 tahun2. Di pihak Kompeni, 2 Gubernur Jenderal
Cornelis Speelman ...
