Sebanyak 78902 item atau buku ditemukan

Ilmu hadits dasar

Buku yang ada di depan Anda ini adalah berisi ilmu hadis dasar yang cocok bagi mereka yang baru memulai belajar ilmu hadis maupun bagi mereka yang baru mulai mengajar ilmu hadis. Penulis pada dasarnya ingin menyajikan materi ilmu hadis dasar ini dengan sesederhana dan sesimpel mungkin, namun dalam beberapa tema yang penulis anggap penting untuk didalami penulis menambahkan sedikit pendalaman yang insyaAllah masih cukup mudah difahami.

Buku yang ada di depan Anda ini adalah berisi ilmu hadis dasar yang cocok bagi mereka yang baru memulai belajar ilmu hadis maupun bagi mereka yang baru mulai mengajar ilmu hadis.

Ulumul Hadis

Hadis adalah sesuatu yang datang dari Nabi baik berupa perkataan, perbuatan, dan persetujuan. Hadis juga berfungsi sebagai penjelas dan penguat makna kandungan ayat-ayat Al-Qur’an, sehingga kedudukannya dalam agama Islam menjadi sumber dasar hukum kedua setelah Al-Qur’an sebagaimana telah disepakati oleh mayoritas ulama. Untuk dapat memahami hadis dengan baik dan benar, diperlukan suatu alat yang dapat mengantarkan seseorang untuk memudahkannya, yakni ulumul hadis, sebuah ilmu yang menuntun seseorang untuk mempelajari dan memperdalam hadis serta kajian keislaman secara komprehensif. Melalui buku ini, Abdul Majid Khon akan memaparkan tentang seluk-beluk hadis Nabi, mulai dari hadis dan hubungannya dengan Al-Qur’an, kedudukan hadis dalam Islam, sejarah penghimpunan dan pembinaan hadis, ilmu hadis dan sejarah perkembangan, istilah-istilah dalam ilmu hadis, hadis ditinjau dari kuantitas perawi, hadis ditinjau dari kualitas sanad dan matan, hadis dha’if dan sebab-sebab ke-dha’ifan, hingga biografi singkat beberapa perawi hadis.

Melalui buku ini, Abdul Majid Khon akan memaparkan tentang seluk-beluk hadis Nabi, mulai dari hadis dan hubungannya dengan Al-Qur’an, kedudukan hadis dalam Islam, sejarah penghimpunan dan pembinaan hadis, ilmu hadis dan sejarah ...

SISTEM SOSIAL POLITIK INDONESIA

Perdebatan paling seru menjelang diselenggarakannya hajatan nasional, Pemilu 2009, adalah bagaimana melanjutkan reformasi di bidang politik, khususnya sistem pemilu dan pemerintahan, yang ditujukan untuk memperkuat stabilitas dan meningkatkan efektivitas dalam mengimplementasikan kebijakan-kebijakan pemerintah. Tidak sedikit ahli politik berpendapat bahwa setelah turunnya Presiden Suharto, stabilitas dan efektivitas pemerintahan dinilai lemah. Kebijakan-kebijakan pemerintah tidak efektif diimplementasikan, bahkan pemerintah terpilih dapat diberhentikan di tengah masa kerjanya. Contoh yang paling mudah diingat adalah ketika Presiden Abdurrahman Wahid diturunkan dari jabatannya oleh MPR. Pada masa kepemimpinan Susilo Bambang Yudoyono, tidak sedikit kebijakan-kebijakan atau program-program pemerintah mendapatkan perlawanan bahkan penolakan dari DPR, misalnya pengangkatan Gubernur BI, rencana meningkatkan BBM, dan sebagainya. Berbaliknya pendulum politik di Indonesia setelah turunnya Presiden Suharto tidak lepas dari hasil amandemen UUD 1945. Posisi presiden yang terlalu dominan di dalam sistem politik Indonesia dianggap sebagai salah satu faktor yang mendorong munculnya pemerintahan yang otoriter. Oleh karena itu dalam proses amandemen UUD 1945 kekuasaan presiden dikurangi, di sisi lain kekuasaan parlemen ditambah dan dipertegas. Amandemen ini sebenarnya dilakukan untuk menjamin terjadinya proses checks and balances antara lembaga eksekutif dan lembaga legislatif. Namun dalam kenyataannya, akibat dari amandemen adalah hubungan antara kedua lembaga ini menjadi disharmoni. Akibat dari ketidakharmonisan hubungan antara kedua lembaga ini menyebabkan implementasi kebijakan-kebijakan pemerintah tidak berjalan dengan efektif.

Perdebatan paling seru menjelang diselenggarakannya hajatan nasional, Pemilu 2009, adalah bagaimana melanjutkan reformasi di bidang politik, khususnya sistem pemilu dan pemerintahan, yang ditujukan untuk memperkuat stabilitas dan ...

TANTANGAN SOSIAL POLITIK ERA KEKINIAN

Kolaborasi Pemikiran Berbagai Perspektif

Selain tantangan menghadapi MEA, pasca reformasi Indonesia juga menghadapi tantangan dalam hal gerakan revivalisme Islam serta dalam hal stabilitas sistem kepartaian di Indonesia mulai dari tingkat lokal hingga nasional. Pasca reformasi, kran kebebasan bagi masyarakat Indonesia untuk berpolitik, berkumpul dan berpendapat dibuka seluas-luasnya, termasuk terhadap gerakan Islam. Sejak itu, berbagai gerakan Islam transnasional, partai politik, dan ajaran yang mengintegrasikan dengan budaya lokal muncul dan tumbuh pesat. Hanya saja dalam perkembangan terkini kondisi yang disebut sebagai revivalisme ini menghadapi banyak persoalan, termasuk kelemahan mereka dalam menawarkan berbagai solusi untuk mengatasi persoalan riil di tengah masyarakat. Bahkan tidak sedikit di antara aktivis Islam yang terjebak dengan tindakan-tindakan pragmatis yang jauh dari nilai-nilai Islam sebagaimana yang mereka suarakan. Dalam hal sistem kepartaian di Indonesia, sejumlah partai besar di Indonesia juga mengalami penurunan perolehan suara yang cukup signifikan. Realitas ketidakstabilan perolehan suara partai (electoral volatility) secara individual menunjukan bahwa sistem kepartaian Indonesia pasca Orde Baru hingga saat ini masih tidak stabil. Selain itu adanya pergeseran terkait konsep keamanan negara yang dulunya berfokus pada state security dan kini mengarah ke human security juga menimbulkan tantangan tersendiri. Konsep atau gagasan human security melahirkan banyak interpretasi yang akhirnya memunculkan perdebatan. Sejumlah artikel dalam buku ini mengupas berbagai tantangan tersebut dan berupaya untuk mendiskusikan solusi bagaimana tantangan Indonesia dalam bidang politik yang dikaji dalam sejumlah perspektif menarik dari sudut pandang keilmuan sosial, politik, pemerintahan, komunikasi dan juga perspektif hubungan internasional. Buku bunga rampai ini sejatinya adalah sebuah kolaborasi menarik dari sejumlah pemikir kajian sosial politik, komunikasi dan hubungan internasional yang mencoba untuk menelaah bagaimana seharusnya Indonesia bisa menempatkan posisinya sebagai negara yang tak terlepas dari tantangantantangan di era digitalisasi seperti saat ini. Tujuan buku ini adalah untuk mengelaborasi bagaimana posisi negara kita dan apa saja solusi yang ditawarkan untuk mencapai tujuan bersama kita mewujudkan Indonesia sebagai negara bermartabat, demi terciptanya Indonesia Berkemajuan.

Selain tantangan menghadapi MEA, pasca reformasi Indonesia juga menghadapi tantangan dalam hal gerakan revivalisme Islam serta dalam hal stabilitas sistem kepartaian di Indonesia mulai dari tingkat lokal hingga nasional.

Metodologi Studi Islam

dalam buku ini akan dibahas: ikhwal studi Islam; beberapa pendekatan dan metode studi Islam; pengantar tentang berberapa aspek Islam; metodologi studi al-Qur’an, al-Hadis, hukum Islam, pembaharuan pemikiran Islam; etika dalam Islam; sejarah dan peradaban Islam; serta metodologi penelitian ilmiah untuk studi Islam. Untuk memenuhi sillabi serta kekurangan bahan studi, sementara kesempatan penulis amat terbatas, maka dalam terbitan pertama buku ini kami tambahkan empat bab dari hasil terjemahan dan saduran penulis dari beberapa buku berbahasa arab yang relevan dengan tema. Yaitu, bab VI dan VII masing- masing diterjemahkan disadur dari buku Syuruth al-Ijtihad, dan buku Manahij al-Fuqaha’; keduanya karya Dr. Abdul Aziz al-Khayyath. Termasuk juga bab XI dan XII yang disadur dari buku Adlwa’ ‘Ala al-Bahts wa al-Mashadir karya Dr. Abdurrahman ‘Umairah. Adapun sembilan bab yang lain: bab I, II, III, IV, V, VIII, IX, X dan XI merupakan karya penulis yang cukup lama dipersiapkan. Mudah-mudahan dalam cetakan kedua nanti penulis dapat menggantikan hasil saduran tersebut dengan karya baru yang saat ini telah mulai kami persiapkan.

dalam buku ini akan dibahas: ikhwal studi Islam; beberapa pendekatan dan metode studi Islam; pengantar tentang berberapa aspek Islam; metodologi studi al-Qur’an, al-Hadis, hukum Islam, pembaharuan pemikiran Islam; etika dalam Islam; ...

Studi Islam Kontemporer Perspektif Insider Outsider

Metodologi studi Islam tampaknya mengalami pergeseran yang cukup signifikan, khususnya pada sekitar paruh abad ke-20. Penyebabnya ialah fakta bahwa Islam dikaji oleh muslim (insider) atau nonmuslim (outsider), khususnya orientalis, yang sedikit banyak dipengaruhi secara sosiologis oleh cara pandang, dan pengalaman manusia Barat, serta secara saintifik oleh perkembangan metodologi penelitian dalam ilmu-ilmu sosial di Barat. Metodologi orientalis tersebut secara perlahan memengaruhi metodologi studi Islam. Hal ini karena timbulnya kecenderungan di kalangan cendekiawan muslim untuk belajar kepada orientalis di Barat, atau membanjirnya buku-buku orientalis sebagai alternatif bacaan cendekiawan muslim. Dalam situasi seperti ini, studi Islam dengan pendekatan tradisional sudah tercampur, bahkan tersaingi oleh pendekatan orientalis. Untuk mengatasi persoalan tersebut maka buku ini hadir. Kajian dalam buku ini mencoba melakukan “pemetaan” terhadap studi Islam yang dilakukan oleh muslim (insider) atau nonmuslim (outsider). Sehingga, pembaca dapat melihat secara jernih, atau setidaknya mampu memilah dari kajian keduanya yang kiranya paling objektif dalam pengkajian Islam. Selamat membaca!

Metodologi studi Islam tampaknya mengalami pergeseran yang cukup signifikan, khususnya pada sekitar paruh abad ke-20.