Sebanyak 235 item atau buku ditemukan

Nasionalisme dan Ketahanan Budaya di Indonesia

Sebuah Tantangan

Buku ini menjelaskan bahwa ‘nasionalisme Indonesia’ saat ini sedang dirunding masalah. Globalisasi dituduh sebagai penyebab dari luar karena mengakibatkan liberalisasi dan dominasi pasar bebas. Akan tetapi, tidak kurang pentingnya adalah faktor internal, khususnya desentralisasi/otonomi daerah yang salah sasaran, dan rusaknya tatanan sosial, hukum, dan politik bangsa akibat melemahnya integritas warga negara dan penyelenggara negara. Wujudnya muncul dalam wajah korupsi perilaku kolutif, dan konflik antaretnik yang seringkali pula mengatasnamakan agama. Kondisi ini mengindikasikan Indonesia sebagai negara-bangsa (nation-state) belum sepenuhnya terbangun. Ketahanan budaya Indonesia juga tengah menghadapi tantangan yang berat. Budaya-budaya daerah/lokal yang merupakan kesatuan dalam ikatan budaya nasional kian melemah sehingga dengan mudah diklaim oleh bangsa lain menjadi miliknya sendiri. Ironisnya, keadaan ini berlangsung tanpa pembelaan yang cukup dari negara. Melemahnya daya tahan budaya ditenggarai karena kegagalan kita sebagai bangsa menyikapi globalisasi secara cerdas sehingga mudah menerima dan menerapkan budaya asing yang beberapa aspeknya justru bertentangan dengan budaya bangsa kita sendiri. Nasionalisme yang kian memudar dan ketahanan budaya yang terus melemah berpotensi menggoyahkan bangunan ‘rumah Indonesia’ yang bersifat multietnik dan multikultural. Kontribusi dari buku ini adalah pada upaya mencari solusi dalam menjawab dua problem kontemporer tersebut melalui pendekatan politik, sosiologis, dan budaya.

Being a Javanese, a Sundanese, a Minangkabau, or whatever did not make any
difference, because all were natives. Thus the category of natives, which could
make sense only in terms of Dutch colonial domination, became the basis of new
 ...

Rona Budaya

Festschrift untuk Sapardi Djoko Damono

Rona Budaya adalah persembahan karya ilmiah untuk menghargai kepakaran Sapardi Djoko Damono. Para penyumbang buku ini menulis berdasarkan bidang keahlian masing-masing, yang secara langsung dan tidak langsung menunjukkan hasil rintisan Sapardi untuk meluaskan dimensi ilmu dan dialog lintas disiplin dari Fakultas Sastra menjadi Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya. Buku ini memaparkan hasil upaya Sapardi untuk membangun ilmu sastra melalui mata kuliah dan berbagai jenis penelitian yang dirambahnya, dari sosiologi sastra, ssatra populer, sejarah sastra, kajian alih-wahana dan ekranisasi, dan sastra bandingan. Rona Budaya juga merujuk pengembangan kajian yang bersifat lintas dan inter disiplin, termasuk filsafat, sejarah, arkeologi, perpustakaan, linguistik, dan kajian dengan paradigma di luar bidang sosial humaniora untuk memperkaya ilmu sastra dan budaya. Kepedulian Sapardi dalam persoalan kebahasaan, pendidikan, dan kebudayaan telah bergaung dalam tulisan-tulisan dalam buku, yang ditulis oleh mantan mahasiswa dan kolega.

Nagari dalam sistem kultural Minangkabau adalah sistem pemerintahan yang
otonom, sejenis republik kecil, sedangkan pada masa Orde Baru ia dibagi-bagi
sehingga mengacaukan sistem sosio-kultural dan politik Minangkabau. Dalam ...

Mengembangkan Kreativitas

Pengalaman Hidup 10 Tokoh Kreativitas Indonesia

Cuplikan pengalaman hidup / Emil Salim Pengalaman hidup dengan kreativitas / S.C. Utami Munandar Pengembangan kreativitas sepanjang masa / Conny Semiawan Kreativitas dalam kehidupan pribadi / Toety Herati Noerhadi Rangsangan, tantangan, dan peluang, kaitannya dengan kreativitas / A.S. Munandar Peran kreativitas dan inovasi untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat / Boen Setiawan Selalu ada cerah / Ieda Poernomo Sigit Sidi Membangun kedamaian, menjaga keharmonisan, sebuah cerita perjalanan / Drs. Nugroho Pada mulanya adalah gagasan / Bambang Utomo Kreativitas dan pengalaman hidup saya / Seto Mulyadi.

Jubelium 50 tahun BPK Penabur dan Pembelajaran kelompok bermain BPK
Penabur KPS Bogor, 2000; Teknik-teknik peningkatan keterampilan pengajaran
untuk anak Sekolah Dasar. Seminar Pendidikan dan Kesehatan Yayasan
Kusuma ...

Kearifan lingkungan dalam perspektif budaya Jawa

Environmental management from Javanese culture perspective.

Sebagai suatu metode bahkan memasukkan cara-cara Frobel dan Montessori:
namun masalahnya, seharusnya tidak hanya berhenti pada rekonstruksi atau
konstruksi teoritis, melainkan memverifikasikannya kepada realitas; dalam hal ini
 ...

Legitimasi Kekuasaan Pada Budaya Nias

Panduan Penelitian Arkeologi dan Antropologi

Nias, merupakan salah satu pulau yang kaya dengan tinggalan Megalitik, dan tinggalan dimaksud masih tetap berdiri tegar di perkampungan-perkampungan tradisional hingga kini. Hampir seluruh aspek kebudayaan Nias yang kita lihat sekarang ini terasa unsur budaya Megalitiknya. Di Nias Selatan, beberapa prosesi upacara yang berkaitan dengan pendirian banggunan Megalitik (upacara owasa/faulu), dan masih dilaksanakan hingga kini, hanya saja dengan berbagai penyesuaian. Adapun penuesuaian pada upacaraowasa/faulu (upacara besar untuk meningkatkan status sosial) di antaranya secara komunal, sehingga babi yang diperlukan dalam upacara tersebut dapat menjadi beban bersama. Berbagai hal yang dapat dipetik dari pelaksanaan upacara owasa/faulu dimaksud di antaranya memiliki status yang tinggi di masyarakat, karena status yang didapatkan dari upacara itu memiliki pengaruh lebih kuat dibandingkan dengan status yang didapatkan dengan cara yang lain, seperti pendidikan, misalnya, sehingga tidak jarang peran bangsawan lebih besar dibandingkan dengan peran kepala desa yang bukan dari kelompok bangsawan. Menjadi bangsawan merupakan upaya pencapaian yang lebih tinggi dalam kosmologis lama, selain upaya mendekatkan diri dengan leluhur, baik dalam konteks religi maupun dalam konteks kekerabatan. Hal tersebut diperlukan mengingat senioritas memiliki kekuasaan yang lebih dibandingkan dengan yuniornya, sehingga orang yang tinggi tingkatannya dalam kosmologis lama (tingkatan owasa/faulu berkaitan dengan tingkatan kosmologis) atau dekat dalam struktur kekerabatan dengan leluhur, memiliki kekuasaan yang lebih dibandingkan dengan yang lainnya. Ketika migrasi terakhir datang ke Boronadu, Gomo, pada tahun 1400-an Masehi, di bagian selatan Pulau Nias (sesuai dengan folklor lisan asal-usul masyarakat Nias), telah ada sekelompok orang yang tinggal di bagian utara Nias, yaitu di Gua Togi Ndrawa, dan juga di Gua Togi Bogi. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil serangkaian penelitian arkeologis yang disertai dengan serangkaian analisis radiokarbon (C14). Mengingat budaya yang dibawa kelompok migrasi terakhir ini. di antaranya, sangat menjunjung konsep senioritas, maka disusunlah folklor asal-usul masyarakat Nias, dengan menyampaikam bahwa leluhur merekalah yang pertama kali turun dari langit, sebelum leluhur kelompok lainnya ada di pulau Nias. Dengan demikian, legitimasi atas wilayah dan juga berbagai aspek sosial lainnya menjadi sah. Konsep tersebut dimungkinkan untuk diterima, mengingat budaya yang dibawa kelompok migran terakhir lebih maju, baik dari aspek teknologi, religi, dan cara hidup, yang kemudian dilegalisasi dari aspek budaya materi, kosmologis, religi, konsep struktur sosial, dan upacara, serta selalu menjadi bagian prosesi keseluruhan aspek dimaksud.

Nias, merupakan salah satu pulau yang kaya dengan tinggalan Megalitik, dan tinggalan dimaksud masih tetap berdiri tegar di perkampungan-perkampungan tradisional hingga kini.

Evolusi Hak dalam Teori Liberal

Sebuah negara perlu (dan nyatanya memang begitu) menciptakan sistem
khusus hak milik pribadi, kontrak, hukum perdata, dan aturan hukum lainnya
untuk mempertahankan dan menyebarluaskan semua ini. Begitu semua ini hadir
, kekuasaan negara menjadi laten dan ketidak-aktifannya akan diperjuangkan
oleh kalangan yang ingin mempertahankan status quo yang luas di bidang
sosial dan ekonomi. Ide negara minimal selama ini tidak lebih dari sebuah mitos,
apalagi pada ...

Bahan ajar tentang hak perempuan

UU no. 7 tahun 1984 Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita

Women's rights in Indonesia with reference to the law ratification of Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women in Indonesia.

Ratifikasi oleh Pemerintah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
menjadikan prinsip- prinsip dan ketentuan-ketentuan substantif Konvensi
sebagai hukum formal dan bagian dari hukum nasional. Dalam suatu lokakarya "
Peran Hakim Menegakkan Hukum Berkeadilan Gender: Masalah-masalah yang
Dihadapi" yang diselenggarakan oleh Kelompok Kerja "Convention Watch",
Universitas Indonesia, bekerjasama dengan Mahkamah Agung Republik
Indonesia, pada ...

Saya asal Macassar

Potong tumpeng untuk meresmikan peletakkan plakat di Masjid Nurul Latief yang
berisikan kata-kata Presiden RI, Megawati Soekarnoputri Bersama Deputy Menlu
Afrika Selatan, Azis Pahad, pada saat "Easter. 213 Menyambung Kembali ...

Partai Syarikat Islam Indonesia

Konstestasi Politik hingga Konflik Kekuasaan Elite

PSII yang berawal dari syarikat Islam (SI) adalah organisasi pelopor gerakan kebangsaan pertama di Indonesia yang bergerak memperjuangkan kemerdekaan yang sifatnya lintas etnis, lintas kelas, dan berskala nasional. Sampai saat ini belum ada satu pun buku yang menggambarkan perjalanan politik PSII setelah kemerdekaan khususnya pada masa Orde Baru, yaitu ketika partai-partai harus berhadapan secara politik dan ideologis dengan pemerintah Orde Baru yang menghendaki restrukturisasi kepartaian melalui fusi tahun 1973. Seperti kita ketahui, periode Orde Baru dengan politik rejimentasinya yang intensif dan sistematis menjadi salah satu masa paling krusial dalam sejarah politik kepartaian, yang nantinya amat menentukan peran dan posisi partai dalam dinamika politik Indonesia. PSII dalam hal ini juga tidak luput dari terpaan torpedo rejimentasi politik Orde Baru. Terkait persoalan struktural, partai-partai politik (Islam) di Indonesia sampai saat ini agaknya masih belum maksimal melaksanakan fungsi-fungsi kepartaian sebagai kontribusi untuk penguatan demokrasi substantif. Konflik internal partai yang berujung pada perpecahan partai, sistem rekrutmen dan kaderisasi yang belum terukur, kurangnya pemahaman dan kemampuan elite partai menyerap dan menyalurkan aspirasi anggota dan pendukungnya, menguatnya oligarki politik dalam kepemimpinan partai, tata kelola administrasi dan keuangan partai yang kurang transparan, adalah beberapa hal yang memperlihatkan partai belum terkonsolidasi dengan baik. Konflik kepemimpinan PSII yang terjadi 40 tahun lalu yang menjadi fokus buku ini rupanya masih tetap menjadi fenomena kepartaian kita sampai hari ini. Konteks politik internal PSII agaknya masih relevan dengan persoalan struktural dan kultural yang dihadapi partai-partai politik kita saat ini.

PSII yang berawal dari syarikat Islam (SI) adalah organisasi pelopor gerakan kebangsaan pertama di Indonesia yang bergerak memperjuangkan kemerdekaan yang sifatnya lintas etnis, lintas kelas, dan berskala nasional.