Sebanyak 1 item atau buku ditemukan

Trilogi Soekram

Saudara, saya Soekram, tokoh sebuah cerita yang ditulis oleh seorang pengarang. Ia seenaknya saja memberi saya nama Soekram, yang konon berasal dari bahasa asing yang artinya— ah, saya lupa. Tapi sudahlah. Apa pun nama saya, saya harus menerimanya, bukan? Pengarang itu sudah payah sekali kesehatannya, kalau tiba-tiba ia mati, dan cerita tentang saya belum selesai, bagaimana nasib saya—yang menjadi tokoh utama ceritanya? Saya tidak bisa ditinggalkannya begitu saja, bukan? Saya mohon Saudara berbuat sesuatu. Trilogi Soekram karya Sapardi Djoko Damono berkisah tentang tokoh Soekram yang tiba-tiba loncat keluar dari cerita dan menggugat sang pengarang. Mengapa ia tak selesai ditulis. Mengapa ia tak bisa menentukan jalan ceritanya sendiri. Mengapa ia tak bisa menjadi pengarang. Mengapa kisah cintanya disusun dengan rumit. Antara Soekram dan Ida, Soekram dan Rosa, Soekram dan istrinya (tentu saja). Sejumlah pertanyaan itu membungkus kisah Soekram yang mengambil latar di kampus, rumah tangga, dan peristiwa huru-hara Mei 98. Novel karya penyair besar Indonesia ini menunjukkan hubungan paling kompleks sekaligus paling sejati antara pengarang dan tokoh di dalam tulisannya.

... bisa diatur sejak 'Ndoro Janoko' sejak muda, yang suka bergaul dengan noni-
noni. Nenek juga selalu mengulang pesannya agar nanti kalau sudah bekerja, ia
tidak usah memikirkan ayahnya. Semua hasil jerih payahmu kauberikan saja
kepada ibumu. Ia menantuku yang paling baik. Waktu kecil seingatnya ia tidak
pernah melihat ibunya salat, tetapi ia tahu betul ia tidak memeluk agama lain.
Jadi Islam. Ia pun Islam, setidaknya pernah mengucapkan syahadat waktu
disunat dulu.