Sebanyak 1 item atau buku ditemukan

Dilarang Mencintai Bunga-Bunga

"Menangis adalah cara yang sesat untuk meredakan kesengsaraan. Kenapa tidak tersenyum, Cucu. Tersenyumlah. Bahkan, sesaat sebelum orang membunuhmu. Ketenangan jiwa dan keteguhan batin mengalahkan penderitaan. Mengalahkan, bahkan kematian…." Sederhana tapi menghanyutkan, begitulah cerpen-cerpen karya Kuntowijoyo. Permasalahan sehari-hari yang diangkat membuat jalan ceritanya terasa ringan, tapi sarat makna. Bertemakan kehidupan manusia yang dinamis, Kuntowijoyo mengedepankan sisi spiritualisme yang mengorek moral si tokoh utama. Salah satu cerpen yang dimuat dalam buku ini-Dilarang Mencintai Bunga-Bunga-berkisah mengenai keakraban seorang anak lelaki dengan tetangganya, sang kakek yang menemukan makna kedamaian dan keindahan hidup dalam bunga-bunga yang dirawatnya setiap hari. Dengan keapikan kata yang dirangkai, membawa cerpen ini menjadi pemenang pertama Sayembara Cerpen Majalah Sastra pada 1968. Cerpen-cerpen karya Kuntowijoyo yang tak kalah menarik lainnya, terhimpun dalam buku ini dan kami persembahkan kembali bagi para pembaca yang merindukan kisah penuh kebijaksanaan yang mampu memberikan pelajaran kehidupan tanpa menggurui. [Mizan, Noura Books, Cerpen, Sastra, Bahasa Indonesia]

Dia harus menyampaikan kalimatNya kepada mereka, hingga mereka merasa
perlu datang ke masjid, sebentar meninggalkan pasar. Dia harus menyampaikan
itu. Tetapi bagaimana, dia harus ke masjid. Tuhan, terserah kepada-Mu. Dia bisa
menyampaikan siang nanti sesudah dia pulang. Namun, dia khawatir, maukah
mereka mendengar peringatannya? Tidak, didengar atau tidak, itu bukan
urusannya. Setidaknya dia telah menyampaikan apa yang harus mereka dengar.