Sebanyak 2061 item atau buku ditemukan

Menjadi Muslim Profesional sesuai Al-Qur`an

Buku “Menjadi Muslim Profesional” berisi tentang bagaimana seorang muslim dan muslimah beragama secara profesional dan proporsional. Bagaimana seorang muslim dan muslimah total, inten, dan maksimal dalam beragama, namun tetap bisa mengendalikan diri serta mengetahui porsi dalam menjalankan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan Tuhan yang Maha Esa. Sehingga, dengan demikian tidak akan muncul sikap ekstrem, fanatik, dan berlebihan dalam beragama juga tidak akan lahir sikap liberal, lalai, enteng, dan menganggap remeh terhadap risalah-risalah Tuhan yang dibawa Nabi Muhammad saw., kepada umat beliau. Dan, esensi Islam sebagai agama “rahmatan lil alamin”, pasti tercapai. Dalam buku ini ada empat risalah Tuhan yang Maha Esa yang akan dijelaskan. Risalah Tuhan pertama dan paling utama yang disampaikan Nabi Muhammad saw., pada umat beliau adalah Akidah. Akidah merupakan sebuah keyakinan atau kepercayaan terhadap eksistensi Tuhan, para malaikat, para utusan, kitab-kitab-Nya, hari kiamat dan qada’-qadar Tuhan. Selain itu, sebagai seorang yang beriman kepada Tuhan ia harus bersaksi bahwa tiada tuhan yang wajib disembah selain Allah Swt., Tuhan yang Maha Esa serta meyakini bahwa Nabi Muhammad saw., sebagai utusan terakhir-Nya. Risalah Tuhan kedua adalah ibadah. Ibadah merupakan bentuk pengakuan dan sesembahan seorang hamba kepada Tuhannya, sebagai tanda kecintaan dan ketaatan dirinya kepada Tuhan yang Maha Esa dan utusan-Nya Nabi Muhammad saw. Risalah Tuhan ketiga adalah akhlak. Akhlak merupakan sifat yang harus ditonjolkan dan ditampilkan dalam setiap dinamika kehidupan. Sebab, akhlak tidak bersifat kondisional dan situasional. Risalah Tuhan keempat yang dipraktikkan Nabi Muhammad saw., pada umat beliau adalah cinta. Dalam Islam, cinta merupakan anugerah Tuhan yang Maha Esa. Setiap manusia, termasuk Nabi Muhammad saw., sendiri juga pasti pernah merasakannya. Buku ini juga dilengkapi dalil-dalil, penelitian, dan pengalaman penulis di dua negara sehingga lebih menarik untuk dibaca, pantas untuk menambah rujukan dan wawasan dalam membentuk sikap profesional sesuai Al-Qur’an dan Sunah.

Di antaranya: kontributor buku, “EPISTEMOLOGI ISLAM MODERAT”. (Diterbitkan
di Kairo dan sekarang dalam proses editing di salah satu penerbit Indonesia),
kontributor Buku, “HITAM-PUTIH SEKTE & GERAKAN ISLAM KONTEMPORER” ...

Persistent Taboo Understanding Mental Illness and Stigma Among Indonesian Adults Through Grounded Theory

This study explored stigma associated with mental illness among Indonesian adults living in Indonesia. It investigated how mentally ill adults (both mentally ill patients and mental health nurses) perceive mental illness and how they respond to stigmatization on a daily basis. Given the current state of knowledge with regards to the meaning and process of stigma and mental illness among adults in Indonesia, a constructivist grounded theory was considered to be the method of choice for this study. We recruited 15 nurses and 15 patients to participate in the study; all from a psychiatric hospital in Indonesia. Data collection methods involved semi-structured interviews with the 30 participants as well as mute evidence, field notes and memos. Data analysis occurred over a period of six months. In keeping with the basic principles of a grounded theory method (Charmaz, 2006) as well as Paillé's (1994) structure for data analysis which are congruent with Charmaz's principles and include stages of codification, categorization, linking categories, integration, conceptualization, and theorization, 5 discrete but interrelated categories were produced: 1) treatment of mental illness; 2) violence; 3) fear; 4) constructing cursed citizens; and 5) stigmatization. Research results show that the experience of stigma for mentally ill patients in Indonesia is pervasive and impedes mental health services utilization. The stigmatization of mental illness is manifested by family members, members of the community, mental health professionals and staff, and also by governmental institutions and the media. Stigmatization is characterized by violence, fear, exclusion, isolation, rejection, blame, discrimination, and devaluation. Moreover, because of their (mis)understanding of mental illness, patients and families turn to alternative treatments provided by non-professionals (shamans, Islamic leaders, paranormals and traditional Chinese medicine); these individuals play a central role in supporting and offering solutions for someone suffering from a mental illness. In Indonesia, stigma affects mentally ill individuals at many levels. Until stigma associated with mental illness is addressed nationwide, those suffering from mental illness will continue to suffer and be prevented from accessing mental health services. As the results of this study have shown, patients seeking treatment experience violence and fear. Families and their mentally ill relatives have been expelled by their community, or have simply disappeared. Both physical and psychological abuse and humiliation have led to patients being avoided, rejected, and neglected, and thus isolated, hidden, or abandoned to the streets. There is a pressing need to combat mental illness stereotypes in Indonesia and health professionals, namely nurses, government agencies as well as the media must play a pivotal role in this process.

This study explored stigma associated with mental illness among Indonesian adults living in Indonesia.