Globalisasi. Sebuah kata yang lekat dan sarat makna. Antara kebaikan dan keburukan yang bersamanya, haruslah dipandang secara bijak dan dijadikan sebagai tantangan. Globalisasi membawa dampak yang luar biasa dalam kehidupan masyarakat. Pengaruh positif dan pengaruh negatif pun menjadi konsekuensi dari pergaulan global yang sangat dinamis. Akibatnya, tata nilai masyarakat telah banyak mengalami pergeseran, termasuk dalam bidang pendidikan. Kehidupan siswa dihadapkan pada berbagai persoalan hidup yang begitu memprihatinkan dan kompleks. Tawuran antarpelajar, perkosaan anak, penjualan anak, pencurian oleh anak, merupakan contoh kasus anak yang sudah tidak asing lagi. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan yang ada belum mampu mengatasi dampak negatif dari globalisasi. Di sisi lain, prestasi beberapa siswa Indonesia yang dalam olimpiade-olimpiade di tingkat regional maupun internasional selalu riuh diberitakan. Sebagai contoh, Indonesia berhasil menjadi juara dalam International World Youth Matematic Intercity Competition tahun 2010, mengalahkan peserta dari 26 negara lain. Ada juga siswa Indonesia yang menjadi juara mengalahkan perwakilan 68 negara lainnya pada olimpiade kimia yang diadakan di Jepang (Alrasyid, 2010). Beberapa contoh di atas seakan-akan menunjukkan bahwa siswa Indonesia secara intelektual tidak kalah dibandingkan dengan siswa di negara lain, padahal hal ini yang justru membuat masyarakat terlena dan tidak dapat melhat kenyataan yang sesungguhnya. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk melihat kemajuan pendidikan bangsa Indonesia yaitu melalui hasil PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study). PIRLS adalah studi internasional tentang literasi membaca untuk siswa sekolah dasar. Dari 45 negara/negara bagian yang berpartisipasi sebagai peserta PIRLS 2006, posisi kemampuan literasi membaca Indonesia berada pada urutan 41.
Dicicipinya satu persatu puding buatan Ibu dengan sendok kecil. Setiap kali
sesendok puding masuk ke mulutnya dia memejamkan mata seolah sedang
membayangkan sesuatu. Selesai dengan empat rasa yang dibawa Dika, Pak
Hedi menghembuskan nafasnya dan berkata, “Dika, kurasa ini bisa menjadi es
krim yang sangat enak.” Dika bersorak kegirangan dan Pak Hedi terlihat sangat
bersemangat dan ingin segera mencoba mengolahnya menjadi adonan es krim
yang tepat.