... pengawasan atas djumlah dan arah impor dan ekspor timbul suatu keharusan
akan supervisi sumber2 devisen dan harga jang bertalian erat dengan djumlah
devisen jang diterima. Berdasar Crisis Uitvoer Ordonnatie 1939 (perobahan dari
...
Indonesian-English dictionary of psychological terms.
Pembangunan ekonomi Malaysia pada masa kini diwarisi daripada tiga tahap sebelumnya, dimulakan dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan pesat industri sumber asli dari pertengahan abad ke-19 sehingga tahun 1914, diikuti tempoh turun naik atau ketidakstabilan industri sumber asli antara Perang Dunia Pertama dan Kedua dan akhir sekali tahap penyatuan dan rasionalisasi industri sumber asli bersama dengan kepelbagaian ekonomi selepas tahun 1945. Walaupun Malaysia merupakan bekas koloni British, kepentingan ekonomi Korea Selatan telah menyumbang kepada perubahan dasar luar negara dari Dasar Pro-Barat semasa zaman kolonial dan pasca-kolonial menjadi Dasar Pandang Ke Timur semasa pentadbiran Dr. Mahathir Mohamad. Justeru itu permasalahan pokok dalam kajian ini adalah untuk merungkai kewujudan pemikiran Pandang Ke Timur di Malaysia yang memfokus kepada Korea Selatan sebelum ia menjadi dasar utama yang dibentuk oleh Dr. Mahathir Mohamad. Dari segi metodologi yang digunakan, tahap awal penyelidikan ini adalah dengan mengenalpasti dan mengumpul sumber-sumber primer dan sekunder daripada perpustakaan-perpustakaan, arkib-arkib dan laporan-laporan daripada pelbagai organisasi kerajaan. Menyedari kepentingan Korea Selatan terhadap ekonomi Malaysia, pemikiran Pandang Ke Timur masih dikekalkan semasa era Tunku Abdul Rahman, Tun Abdul Razak dan Tun Hussein Onn. Kesinambungan pemikiran Pandang Ke Timur yang diteruskan oleh tiga tokoh Perdana Menteri ini menyaksikan Korea Selatan muncul sebagai inspirasi dalam hubungan dagangan Malaysia apabila Dr. Mahathir Mohamad mengambil alih kepimpinan negara.
Pembangunan ekonomi Malaysia pada masa kini diwarisi daripada tiga tahap sebelumnya, dimulakan dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan pesat industri sumber asli dari pertengahan abad ke-19 sehingga tahun 1914, diikuti tempoh turun naik ...
| 2015-00393-3910-9 |
Tersedia di Pustaka Kubang Putih - UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi
|
| 2015-00393-3910-8 |
Tersedia di Pustaka Kubang Putih - UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi
|
| 2015-00393-3910-7 |
Tersedia di Pustaka Kubang Putih - UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi
|
| 2015-00393-3910-6 |
Tersedia di Pustaka Kubang Putih - UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi
|
| 2015-00393-3910-5 |
Tersedia di Pustaka Kubang Putih - UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi
|
| 2015-00393-3910-4 |
Tersedia di Pustaka Kubang Putih - UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi
|
| 2015-00393-3910-3 |
Tersedia di Pustaka Kubang Putih - UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi
|
| 2015-00393-3910-2 |
Tersedia di Pustaka Kubang Putih - UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi
|
| 2015-00393-3910-10 |
Tersedia di Pustaka Kubang Putih - UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi
|
| 2015-00393-3910-1 |
Tersedia di Pustaka Kubang Putih - UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi
|
The twenty-seven blankets reproduced were woven by Hispanics in New Mexico from the mid-nineteenth century to about 1940. A concise history of the Rio Grande blanket, from Coronado's Entrada into New Mexico (1540) to the arrival of the railroad (1879), is followed by an analysis of how the Rio Grande blanket was viewed, collected & studied by scholars & artists since 1900. Physical characteristics which separate the transitional period blanket from the classic Rio Grande textile are discussed.
