Sebanyak 119 item atau buku ditemukan

Konsep kepemimpinan Jawa dalam ajaran sastra cetha dan astha brata

On leadership in a Javanese classic literature written by Yasadipura I.

Seorang penjilat hanya mementingkan kebutuhannya sendiri dan
kepentingannya pribadi. Dia akan berusaha dengan segala cara agar bisa
memenuhi kebutuhan dan kepentingan pribadinya tersebut. Untuk itu dia akan
menghalalkan segala cara dalam meraih obsesi dan ambisinya. Apabila raja
sampai memberikan kepercayaan kepada orang lain dia akan berusaha
menolak, dan akan berusaha mempengaruhi raja agar kepercayaan raja tidak
beralih darinya. Seorang penjilat ...

Filsafat sosial Serat sastra gending

Concepts of social philosophy of Serat sastra gending, Javanese literature of Sultan Agung Mataram.

Misalnya, jawaban atas makna kebebasan dan kesamaan (dua hal pokok dalam
filsafat sosial yang diperbincangkan di Barat) di negara komunis tidak sama
dengan jawaban fasistis atau pemecahan menurut paham demokrasi (liberal).
Sebagaimana telah disinggung di muka bahwa setiap isme selalu cenderung
untuk "menelan ja- gad" (Bdk, perlombaan Togog dan Semar untuk "menelan
jagad"), maka dapatlah dirasakan betapa kacaunya ideologi manusia dan
tumpang suh-nya ...

Menuju filsafat Indonesia

negara-negara di Jawa sebelum proklamasi kemerdekaan

Tujuan negara yang menganut liberalisme adalah mencapai masyarakat liberal,
sedangkan bagi negara yang menganut sosialisme tujuannya adalah mencapai
masyarakat sosialis, demikian pula negara yang menganut faham komunis
bertujuan mencapai masyarakat komunis. Jenis Negara Vloemans dalam
bukunya Politeia ( 1971 ) menyebutkan antara lain "Negara rasional, Negara
protestan, Negara totaliter, Negara liberal". Asal Usul Kedaulatan Atau
Kekuasaan Negara ...

The Educational Role of the Ṭarīqa Qādiriyya Naqshbandiyya with Special Reference to Suryalaya

"This dissertation surveys the historical and intellectual development of the Ṭariqa Qadiriyya Naqshbandiyya (TQN), the amalgamated Sufi order founded in Indonesia by Shaykh Aḥmad Khaṭib Sambas (d.1875). After a brief recapitulation of the progress of Sufi orders in and beyond Java, it looks at the life and activities of Shaykh Sambas, and analyzes in particular his work Fatḥ al-`Arifin, situating it against the Qadiriyya and Naqshbandiyya sources that inspired it. The focus then switches to the transmission of the TQN doctrines by Sambas's disciples, especially `Abd al-Karim Banten (b. 1840), and the gradual dispersal of the order throughout the archipelago, which resulted in the formation of branches that maintained separate existences but largely similar teachings. This leads into a discussion of the TQN of Suryalaya (west Java), one of the most significant branches of the TQN in present-day Indonesia, although some attention is given also to other TQN centers, such as Mranggen and Rejoso in central and east Java, and to the writings of shaykhs in these regions. Although the main teachings of the ṭariqa have remained constant, local shaykhs have some cases developed in response to local circumstances; thus we find in the case of the TQN of Suryalaya, that its shaykh, Kiyai Haji Shohibulwafa Tajul `Arifin (better known as Abah Anom) has concentrated on dhikr as an educational tool and as a means towards healing young drug addicts and victims of other mental illnesses. The spiritual and social benefits of TQN teachings came across clearly in Abah Anom's work Miftaḥ al-Ṣudur, which contains his views on a variety of mystical subjects, and which is analyzed in the final chapter. There we find that Abah Anom preserves TQN teachings intact while stressing some of its aspects and de-emphasizing others that preoccupied the order's founder, such as the doctrine of muraqaba." --

"This dissertation surveys the historical and intellectual development of the Ṭariqa Qadiriyya Naqshbandiyya (TQN), the amalgamated Sufi order founded in Indonesia by Shaykh Aḥmad Khaṭib Sambas (d.1875).

Etika dan tata krama Jawa masa lalu dan masa kini

Etika Jawa ber tumpu pada ajaran: ngesthi pribadi yang tidak individual dalam
arti tidak egois. ^ Mereka yang berlebih-lebihan secara individual, masih tetap
menjadi buah-mulut rakyat kebanyakan, bahkan walau dalam alam
kemerdekaan sekalipun. Sebenarnya tidak mudah untuk menarik garis batas
yang jelas antara Etika Jawa Dahulu dan Etika Jawa Masa Kini. Walaupun
demikian pembedaan itu justru dibuat dengan sengaja, agar telaah masaalah-
masaalah etis yang ...

Tafsir Gatolotjo

Jadi, bagaimana sebaiknya menyikapi isi Serat Balsafah Gatolotjo yang
menghebohkan itu? Saran saya, kita harus arif dan bijak. Yang paling penting,
kita tidak boleh terpancing dengan berbagai tulisan yang menghina atau tidak
mengenakkan. Akan lebih baik bila kita mengendalikan diri. Kalaupun terdapat
kritikan yang benar, bisa kita terima sebagai bahan masukan yang berharga.
Sebab, di dunia ini tiada manusia yang sempurna. 151 Daftar Pustaka Al Ghazali
. 1986. Tahafut ...

Mengungkap dan mengenal budaya Jawa

Javanese culture.

Untuk itu tidak perlu menjelek-jelekkan orang lain bahkan memuji pun tidak perlu
bila memang tidak diperlukan. 8) Dalam syair Wirangrong terkandung maksud
agar kita dapat menempatkan diri di mana pun juga. ... nasib yang ada pada diri
sendiri. Kadang-kadang syair Mijil juga mengungkapkan perasaan indah,
perasaan cinta, perasaan kasih sayang yang sifatnya pribadi. Untuk menghindari
keadaan stres sebaiknya seseorang menyanyikan lagu Mijil Wigaring tyas, yaitu
yang ...